Siang
itu sebuah awan gelap menutupi sinar mentari yang ingin berbagi keceriaanya. Terlihat
di ujung pandangan seorang lelaki yang menyendiri dan menulis di kertas
kecilnya. Sebut saja nama lelaki itu adalah Abi...
Pencil
yang berwarna biru menari-menari diatas kertas kosong dan menghasilkan gambar
sesosok wanita yang cantik, disebelah gambar itu tertulis nama "Andin".
Ketika Abi sedang asyiknya melukiskan apa yang dirasakannya, tiba-tiba seorang
teman datang menghampirinya, "lagi apa lo sob?", tanya seorang teman
yang bernama Rudi. Tapi Abi tak menjawab dan hanya menggerakkan jadinya diatas
kertas itu. Rudi bingung melihat sobatnya tak seperti biasanya. "Kenapa
lo?", tanya rudi lagi. Dari diam seribu bahasa, akhirnya abi menjawab
pertanyaan rudi dengan kata-kata yang sangat singkat, "ga ada apa-apa
sob". Mendengar jawaban dari Abi, Rudi langsung terdiam dan mencoba untuk
mencari tahu apa yang di pikirkan oleh Abi, dia pun lalu melihat sebuah kertas
kecil milik Abi, "ou jadi si Andin yang buat lo kaya' gini". Abi lalu
melihat ke arah Rudi, "bukan-bukan dia, tapi gua sendiri yang buat gua
kaya' gini", jawab Abi.
Hari
semakin gelap, perhalan rintik-rintik air kecil jatuh ke bumi dan membasahi
tanah dan rerumputan yang sudah mengering. Tak ada satupun orang yang terlihat
di halaman kampus itu, tapi masih terdengar suara riuh dan ramai di dalam
ruangan-ruangannya. Terlebih lagi sebuah ruangan yang menjadi markas dari
anak-anak pecinta alam. "Haahaahahaha... jadi si cupu itu nembak lo Andin?
ga nyadar diri apa dia!!!", "Hus lo jangan ngomong gitu donk Lus,
ntar si Andin ngambek lagi gebetannya dihina huahauahua!!!". Begitu
kata-kata teman Andin kepada Andin yang bernama ratih dan lusi, begitu
bahagianya mereka menghina sahabat mereka sendiri, yaitu Andin. Andin kemudian
menjawab kata-kata mereka, "Pd bener tuh si cupu!!!, ga ngaca
dia!!!", jawab Andin. Wah ternyata Andin juga tak jauh berbeda dengan
teman-temannya. Memang siapa yang mereka katakan cupu?, mungkin itu yang kita pikirkan,
tiba-tiba mereka berkata lagi "eh lihat tuh si cupu datang!!!", kata
teman-teman Andin ketika melihat Abi menghampiri Andin. Ou jadi Abi yang mereka
maksud dengan sicupu!!!.
"Andin
aku butuh ngomong ama kamu, aku mau kamu...", kata Abi dengan sopan kepada
Andin. Tapi Andin malah memotong perkataan Abi dengan sombongnya "mau apa
lo kesini, lo tu buat malu gua tahu ga!!!, ga ngaca apa lo!!! tampang lo mines
kaya gitu!!!". Abi terkejut mendengar perkataan Andin, dan lalu menjawab
kata-kata yang sangat menyakitkan dari Andin, "aku tahu mungkin aku ga
pantas buat kamu, tapi kamu harus tahu, kalau aku sangat menyayangi kamu, lebih
daripada sayangku kepada diriku sendiri". "Haahahahaha....!!! sok
pujangga lo!!!, yuk ah ndin kita pergi aja, daripada ngedengar omongan sicupu
ini!!!", kata lusi. Mereka lalu pergi meninggalkan Abi yang hanya terdiam
dengan sebuah kertas yang telah digambarnya berada di tanggannya.
Malam
itu keheningan dan sepi dirasakan oleh Abi, tak ada seorang pun yang mengerti
apa dirasakannya, termasuk nyanyian jangkrik yang seakan menghina dirinya
seperti yang dilakukan Andin dan teman-temannya. Hanya cahaya rembulan yang
redup mencoba untuk menghibur kesunyian Abi, sinarnya seakan membatu Abi menulis
di kertas kecilnya. Ya memang Abi selalu mencurahkan isi hatinya pada sebuah
kertas kecil itu, seakan hanya kertas itulah tempatnya berbagi.
Esok
hari mentari begitu cerahnya menerangi angkasa, suasana terlihat begitu
bahagianya di kampus itu, tapi tidak dengan Abi yang selalu terdiam sendiri
semenjak dia menyatakan perasaannya kepada Andin. Namun Abi tak seakan tak
pernah putus asa, dia lalu mendatangi Andin lagi. Perlahan ia melangkahkan
kakinya untuk menemui seorang yang sangat dicintainya, matanya seakan terus
mencari dan melihat keberadaan Andin, hingga akhirnya ia melihat Andin sedang
bercanda gurau dengan teman-temannya.
"Hai
ndin,...maaf aku nganggu kamu lagi...", kata Abi. Tapi lagi-lagi mereka
menjawab dengan sombongnya, "mau apa lo kesini lagi!!! dasar ga punya malu
lo ya!!!, eh lo kalau lo benar suka ama Andin, lo harus buktiin ke
kita-kita!!!, kata Ratih. "Emang gimana cara aku buktiin kalau aku
benar-benar sayang ke Andin?", jawab Abi. "Lo bisa ga ngambil bunga
kesukaan Andin?, kaya'nya lo ga bisa deh...lo kan cupu!!!", tanya Ratih lagi
dengan ketus. "Apa bunga yang kamu suka ndin?", tanya Abi kepada Andin.
"Bunganya tu edelwis, tapi harus yang dari tempatnya!!! bisa ga?!!!",
kata Lusi dengan sombongnya. "Benar kamu suka edelwis?", tanya abi
lagi kepada Andin. Andin hanya menjawab pertanyaan Abi dengan senyum di
wajahnya. Entah apa arti dari senyum itu, apakah sebuah senyum yang tulus atau
kemunafikan.
Abi
seakan senang dengan tantangan dari Andin dan teman-temannya itu, ia lalu pergi
menemui Rudi. Dan dia menceritakan apa yang dikatakan Andin dan teman-temannya
kepadanya, mendengar hal ini Rudi sangat terkejut dan berkata "wah gila lo
sob, ampe segitunya banget...cewekkan ga cuma dia doank, lagian lo kan belum
pernah daki gunung, kita ga tahu keadaannya gimana". "Gua mohon sob,
ga ada lagi orang yang bisa bantu gua", kata Abi. Rudi lalu terdiam
sesaat, dan kemudian berkata, "hmmm...ok karena lo yang minta, tapi sekali
ni aja ya". Terlihat senyum di wajah Abi, pertanda ia sangat bahagia
mendengar jawaban dari Rudi. "Kapan kita berangkat?, tanya Rudi.
"Besok aja haahahah....", jawab Abi. "Gila lo hehehehe...",
kata Rudi.
Sementara
itu di tempat Andin dan teman-temannya, terdengar tawa yang begitu
kerasnya..."hahahaha....mana mungkin si cupu itu bisa ngambil bunga
edelwis", "tapi gimana kalau bisa?", kata Andin. "Ya
berarti lo harus pacaran ama dia donk hahahhaa!!!!", sindir ratih. Ketika
mereka sedang asyiknya tertawa, tiba-tiba Lusi mendatangi mereka dan langsung
berkata "eh teman-teman, tadi gua dengar kabar kalau Abi dan temannya bakal
berangkat ngambil bunga edelwis, wah berani juga gebetan lo din
haahahaha", kata Lusi sambil tertawa. "Gua yakin dia ga bakal
bisa...", kata Andin menjawab perkataan teman-temannya sambil tersenyum
kecil.
Hari-hari
berlalu, sudah harmpir 5 hari semenjak Abi dan Rudi pergi mengambil edelwis.
Tidak ada lagi seorang lelaki yang menggangu Andin, begitu yang dipikirkannya,
mungkin ia merasa tenang dengan tantangan yang diberikannya kepada Abi,
sehingga membuat Abi tak lagi mendatanginya. "Eh gimana kabar kebetan lo
ndin?", tanya Lusi. "Iya nih, dah lima hari, kaya'nya dia
gagal...mana mungkin dia bisa ngambil bunga edelwis, dia belum pernah daki
gunung kan!!", balas ratih. Tapi tiba-tiba mereka melihat Rudi sedang
berjalan ke arah mereka. "wah guys tu sobatnya si cupu,,,kaya'nya dia
kesini", kata ratih. Rudi berjalan dengan perlahan mendekati Andin dan
teman-temannya.
"Mana
sobat lo sicupu?", kata ratih dengan tawanya. "Eh diam lo, gua ga
butuh ngomong ama lo, gua cuma mau ngomong ama Andin", jawab Rudi.
"Eh lo jangan ketus gitu ya...emang benar kok teman gua, mana sobat lo si
abi cupu!!?", balas Andin.
"Wah
ternyata dugaan gua benar, lo tu sama sekali ga cocok buat teman gua!!!",
jawab Rudi. "Eh lo suruh sobat lo ngaca ya!!!, tampang minus gitu sok
amat!!!", kata andin lagi. Ketika mereka sibuk beradu kata, Rudi lalu
menunjukkan sebuah bunga kepada Andin. "Nih bunga yang lo minta, jangan
kira abi ga bisa ngambilnya, lo harusnya bangga punya seorang yang benar-benar
sayang ke diri lo!!!, lo pikir teman-teman lo ini lebih baik dari Abi?, asal lo
tahu mereka ngomongin lo dibelakang", kata Rudi dengan marah.
Teman-teman
Andin lalu terdiam, dan seakan malu dan langsung meninggalkan Andin dan Rudi.
Andin pun terkejut melihat tingkah teman-temannya itu, dan lalu berkata lagi
kepada Rudi, "maafin gua, tapi gua benar-benar ga ada niat untuk nyakitin Abi".
Rudi lalu menjawab kata-kata Andin, "mending lo minta maaf aja langsung ke
Abi", kata Rudi dengan mata yang berkaca-kaca. "Mana Abi, gua mau
ngomong ama dia", tanya Andin. Rudi terdiam sesaat dan perlahan air mata
jatuh dari matanya yang berkaca-kaca, lalu ia berkata dengan bibir yang
bergetar "lo dah terlambat din, cuma bunga ini yang dititipkan Abi ke gua
sebelum...". Tapi Andin langsung memotong perkataan Rudi, "emang Abi kenapa?",..."Abi...abi...",
kata Rudi yang lalu terdiam. "Abi kenapa!!!!?", kata andin sambil
berteriak. "Abi kecelakaan ketika kami akan turun gunung, dan abi ga
tertolong...gua tahu lo ga suka ama Abi, gua mohon maafin kesalahan dia, dan
tolong terima bunga ini, lo tahu,,,Abi bahagia banget ketika bawa bunga ini,
cuma bunga ini yang dipikirkannya, dan cuma lo nama terakhir yang diucapkannya
ketika nafas terakhirnya...", kata Rudi sambil menangis.
Andin
hanya terdiam, dan terdiam. Terlihat tetesan air mata jatuh bagaikan bersayap
dari matanya. Apakah Andin menyesali apa yang telah dilakukannya?,,,dan apakah Andin
merasakan kehilangan seorang yang benar-benar menyayanginya?..."Maafin aku
Abi", kata Andin sambil mencium sebuah bunga kenangan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar