Rabu, 13 Juni 2012

LEGENDA DESA NGUMPUL

 LEGENDA DESA NGUMPUL

Desa Ngumpul Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang Jawa Timur Indonesia, dahulu sebelum bernama desa Ngumpul, desa ini bernama desa “Wono Ayu” Wono berarti alas atau hutan dan Ayu berarti bagus, indah atau cantik. Sebelum menjadi sebuah desa dulunya adalah hutan belantara yang sangat luas dan katanya hutan tersebut sangat angker dan banyak penghuninya (makhluk halus) kemudian masyarakat Wono Ayu ingin mbabat alas (menebang hutan) untuk dijadikan lahan pekarangan dan persawahan. Diantara Ngumpul bagian utara, timur, selatan dan barat yang dirasa paling sulit untuk ditebang adalah Ngumpul Kulon (barat). Kemudian masyarakat Wono Ayu terserang wabah penyakit, ada sumber yang mengatakan bahwa penyakit tersebut adalah kadas yang tidak bias disembuhkan, namun sumber lain mengatakan bahwa apabila pagi sakit maka sore harinya meninggal atau sebaliknya. Semacam penyakit bagebluk. Penyakit ini diakibatkan karena ada penghuni hutan (makhluk halus) yang tidak terima karena hutan tempat tinggalnya ditebangi oleh masyarakat sekitar. Lelembut itu berbentuk semut, apabila semut itu menggigit seseorang maka orang tersebut akan mati. Akhirnya para masyarakat mencari bantuan kepada orang yang mengerti hal ini namun sumber lain mengatakan bahwa kepala desa mengadakan sayembara untuk mengusir wabah penyakit dan menebang hutan untuk dijadikan perkampungan dan yang berhasil akan mendapat hadiah.
Kemudian datanglah seseorang yang bernama Mbah Buyut Sodriyo, beliau berasal dari Madura namun beberapa sumber lain mengatakan bahwa beliau datang dari Sidoarjo. Beliau datang kira-kira sesudah zaman Majapahit. Katanya beliau adalah salah seorang prajurit pangeran Diponegoro pada saat itu pasukan Diponegoro disebar ke beberapa daerah yang mereka sukai, dan Mbah Buyut Sodriyo datang ke Desa Wono Ayu. ciri-ciri pasukan Diponegoro adalah dimana ia menetap selalu menanam pohon sawo kembar atau bunga gading putih sebagai lambang pasukan Diponegoro. Katanya disini Mbah buyut menanam bunga gading putih, entah itu ditanam di depan atau dibelakang rumah. Sebelum datangnya Mbah Buyut, alas tersebut sudah pernah ditebang oleh beberapa masyarakat Wono Ayu, namun orang yang menebang alas tersebut selalu meninggal dan itu terjadi berkali-kali, begitu bertemu dengan Mbah Buyut Sodriyo masyarakat di ajak bermunajat, tiap malam mereka selalu berkumpul di Musholla untuk membahas keinginan masyarakat yang ingin menebang alas sebelah barat dan menghilangkan penyakit tersebut. Beliau membawa teman dari daerah asalnya. Karena tiap malam berkumpul, pagi harinya dipakai untuk menebang hutan. Karena menebang hutan tersebut berlangsung berkali-kali akhirnya beliau bertirakat dengan berpuasa sambil melihat matahari mulai dari terbit sampai terbenam matahari dan hal itu berlangsung selama 40 hari. Akhirnya hutan yang seram itu dapat ditebang tanpa adanya orang yang meninggal dan wabah penyakit yang menyerang warga bisa hilang atas jerih payahnya. Kepala desa memberikan sebidang tanah seluas lebih kurang 2500 m2 sebagai hadiah atas jerih payahnya. Tanah tersebut diberikan agar ditinggali oleh Mbah Buyut dan sahabatnya. Kemudian beliau mendirikan Musholla yang terbuat dari bambu dari lantai hingga atapnya. Musholla tersebut selalu dipakai untuk berkumpul untuk beribadah tiap malam. Karena daerah tersebut sering dipakai untuk berkumpul maka Mbah Buyut berwasiat agar daerah tersebut dinamakan Desa Ngumpul yang artinya selalu berkumpul atau bersatu. Lama-lama musholla tersebut berkembang menjadi masjid dan masjid tersebut dinamakan Masjid Roudhotul Mujtamiin yang artinya taman perkumpulan. Beliau meninggal dan dimakamkan di sebelah kiri masjid bersama istri dan kedua pengikutnya. Sampai sekarang masyarakat masih mempercayai bahwa daerah disekitar makam dan masjid tersebut masih angker dan menurut masyarakat setempat dihuni oleh pengikut Mbah Buyut. Katanya mereka sering mengganggu warga yang berbuat tidak baik atau tidak sopan misalnya berkata kotor atau tidak baik. Dan para pengikutnya katanya menjelma menjadi bermacam-macam wujud, ada yang menjadi macan putih, kodok sebesar tampah, rayap sebesar kucing dan cicak yang berukuran cukup besar.