LEGENDA DESA NGUMPUL
Desa
Ngumpul Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang Jawa Timur Indonesia, dahulu
sebelum bernama desa Ngumpul, desa ini bernama desa “Wono Ayu” Wono berarti
alas atau hutan dan Ayu berarti bagus, indah atau cantik. Sebelum menjadi
sebuah desa dulunya adalah hutan belantara yang sangat luas dan katanya hutan
tersebut sangat angker dan banyak penghuninya (makhluk halus) kemudian
masyarakat Wono Ayu ingin mbabat alas (menebang hutan) untuk dijadikan lahan
pekarangan dan persawahan. Diantara Ngumpul bagian utara, timur, selatan dan
barat yang dirasa paling sulit untuk ditebang adalah Ngumpul Kulon (barat).
Kemudian masyarakat Wono Ayu terserang wabah penyakit, ada sumber yang
mengatakan bahwa penyakit tersebut adalah kadas yang tidak bias disembuhkan,
namun sumber lain mengatakan bahwa apabila pagi sakit maka sore harinya
meninggal atau sebaliknya. Semacam penyakit bagebluk. Penyakit ini diakibatkan
karena ada penghuni hutan (makhluk halus) yang tidak terima karena hutan tempat
tinggalnya ditebangi oleh masyarakat sekitar. Lelembut itu berbentuk semut,
apabila semut itu menggigit seseorang maka orang tersebut akan mati. Akhirnya
para masyarakat mencari bantuan kepada orang yang mengerti hal ini namun sumber
lain mengatakan bahwa kepala desa mengadakan sayembara untuk mengusir wabah
penyakit dan menebang hutan untuk dijadikan perkampungan dan yang berhasil akan
mendapat hadiah.
Kemudian
datanglah seseorang yang bernama Mbah Buyut Sodriyo, beliau berasal dari Madura
namun beberapa sumber lain mengatakan bahwa beliau datang dari Sidoarjo. Beliau
datang kira-kira sesudah zaman Majapahit. Katanya beliau adalah salah seorang
prajurit pangeran Diponegoro pada saat itu pasukan Diponegoro disebar ke
beberapa daerah yang mereka sukai, dan Mbah Buyut Sodriyo datang ke Desa Wono
Ayu. ciri-ciri pasukan Diponegoro adalah dimana ia menetap selalu menanam pohon
sawo kembar atau bunga gading putih sebagai lambang pasukan Diponegoro. Katanya
disini Mbah buyut menanam bunga gading putih, entah itu ditanam di depan atau
dibelakang rumah. Sebelum datangnya Mbah Buyut, alas tersebut sudah pernah
ditebang oleh beberapa masyarakat Wono Ayu, namun orang yang menebang alas
tersebut selalu meninggal dan itu terjadi berkali-kali, begitu bertemu dengan
Mbah Buyut Sodriyo masyarakat di ajak bermunajat, tiap malam mereka selalu berkumpul
di Musholla untuk membahas keinginan masyarakat yang ingin menebang alas
sebelah barat dan menghilangkan penyakit tersebut. Beliau membawa teman dari
daerah asalnya. Karena tiap malam berkumpul, pagi harinya dipakai untuk
menebang hutan. Karena menebang hutan tersebut berlangsung berkali-kali
akhirnya beliau bertirakat dengan berpuasa sambil melihat matahari mulai dari
terbit sampai terbenam matahari dan hal itu berlangsung selama 40 hari.
Akhirnya hutan yang seram itu dapat ditebang tanpa adanya orang yang meninggal
dan wabah penyakit yang menyerang warga bisa hilang atas jerih payahnya. Kepala
desa memberikan sebidang tanah seluas lebih kurang 2500 m2 sebagai
hadiah atas jerih payahnya. Tanah tersebut diberikan agar ditinggali oleh Mbah
Buyut dan sahabatnya. Kemudian beliau mendirikan Musholla yang terbuat dari
bambu dari lantai hingga atapnya. Musholla tersebut selalu dipakai untuk
berkumpul untuk beribadah tiap malam. Karena daerah tersebut sering dipakai
untuk berkumpul maka Mbah Buyut berwasiat agar daerah tersebut dinamakan Desa
Ngumpul yang artinya selalu berkumpul atau bersatu. Lama-lama musholla tersebut
berkembang menjadi masjid dan masjid tersebut dinamakan Masjid Roudhotul
Mujtamiin yang artinya taman perkumpulan. Beliau meninggal dan dimakamkan di
sebelah kiri masjid bersama istri dan kedua pengikutnya. Sampai sekarang
masyarakat masih mempercayai bahwa daerah disekitar makam dan masjid tersebut
masih angker dan menurut masyarakat setempat dihuni oleh pengikut Mbah Buyut.
Katanya mereka sering mengganggu warga yang berbuat tidak baik atau tidak sopan
misalnya berkata kotor atau tidak baik. Dan para pengikutnya katanya menjelma
menjadi bermacam-macam wujud, ada yang menjadi macan putih, kodok sebesar
tampah, rayap sebesar kucing dan cicak yang berukuran cukup besar.